Mahasiswa Seni Rupa UM Gelar Pameran ‘Jejak Eksplorasi’ di Malang Creative Center

Mahasiswa Seni Rupa UM Gelar Pameran ‘Jejak Eksplorasi’ di Malang Creative Center

MALANG – Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan pameran seni rupa yang mengusung tema “Jejak Eksplorasi” di Malang Creative Center (MCC) pada 16-17 Mei 2024. Dengan tagline proses pencarian dan penemuan, pameran ini menjadi wadah bagi para seniman untuk mengeksplorasi tema, teknik, dan emosi dalam berkarya.

Dok. Media Production MCC
  Dhimas Bagas Adhirani, salah satu seniman yang berpartisipasi dalam pameran, menjelaskan bahwa tema “Jejak Eksplorasi” dipilih karena mencerminkan proses kreatif yang dilalui oleh para seniman dalam menghasilkan karya mereka. 

  “Jejak Eksplorasi itu sendiri sebenarnya adalah benang merah dari rekan-rekan semua yang berkarya disini. Proses penciptaan ini dimulai dengan eksplorasi, baik dari ide, media, teknik, hingga tema. Itulah jejak eksplorasi kami,” ungkap Dhimas, sapaan akrabnya.

  Selain Dhimas, seniman lain yang berpartisipasi dalam pameran ini adalah Ahmad Syai’in, Brenda Lydia Ade V, dan Moh. Faisol Fahmi. Mereka semua adalah mahasiswa aktif jurusan Seni Rupa UM yang memiliki latar belakang dan pendekatan berbeda dalam berkarya.

  Ahmad Syai’in, misalnya, konsep berkaryanya muncul dari kegelisahannya terhadap minimnya visualisasi cerita rakyat yang selama ini hanya disampaikan secara lisan dan tulisan. Hal ini membuat cerita rakyat dianggap membosankan oleh generasi sekarang. Untuk mengatasi hal tersebut, Syai’in menuangkan kegelisahannya dalam bentuk ilustrasi bergambar. Dalam pameran ini, ia menampilkan ilustrasi yang menghidupkan kembali kisah asal muasal Gunung Kelud dari kampung halamannya.
Dok. Media Production MCC
  Brenda Lydia mengeksplorasi isu kesetaraan gender dalam karyanya. Ia menciptakan patung-patung yang mengungkapkan beban sosial terkait stereotip gender. Salah satu karyanya yang menonjol adalah “Beksan Abirupa,” sebuah patung yang mengekspresikan keselarasan dan keanggunan dengan gerakan perempuan namun masih menjadi laki-laki secara fisik.

  Dhimas sendiri tertarik pada bentuk ikan asin dan menggunakan ragam hias nusantara untuk memperindah objek tersebut. Ia menciptakan karya seperti “Wak Asin”, “Mamudar”, dan “Moksa”, yang menggambarkan ikan asin sebagai simbol kemakmuran yang kini mulai terlupakan akibat globalisasi.

  Di sisi lain, Faisol Fahmi bereksperimen dengan media baru untuk melukis. Ia menggunakan kulit kayu pohon pinus yang sudah mati sebagai kanvas, menciptakan lukisan tokoh-tokoh bersejarah Indonesia seperti Soekarno “The Great Lover” dan Jokowi “The King of Service”. Faisol melihat kebebasan berekspresi dalam seni sebagai dorongan untuk menemukan media yang unik dan inovatif.

  Pameran “Jejak Eksplorasi” tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga mengajak pengunjung untuk memahami proses kreatif di balik setiap karya. Setiap goresan dan sentuhan dalam karya-karya ini adalah hasil dari perjalanan eksplorasi yang mendalam oleh para seniman. Melalui pameran ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang seni, kreativitas, dan proses penciptaan karya kepada para pengunjung.

  “Pameran ini bukan hanya sekadar pameran biasa, banyak makna tersimpan di dalamnya. Tiap karya yang dipamerkan begitu luar biasa dan memanjakan mata,” ujar salah satu pengunjung saat diwawancarai.

  Diakhir wawancara, Dhimas mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada MCC atas dukungan dan fasilitas yang luar biasa. “Kami sangat berterima kasih atas fasilitas dan pelayanan luar biasa dari MCC yang memungkinkan kami menampilkan karya-karya kami kepada publik,” tandasnya.

  Pameran seni rupa “Jejak Eksplorasi” tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga sebagai wadah bagi para seniman untuk berbagi inspirasi dan pemikiran kreatif mereka kepada masyarakat. Dengan demikian, seni tidak hanya menjadi hiburan visual, tetapi juga cerminan dari eksplorasi jiwa dan peradaban manusia. (Ca/Aur).

Add a Comment

Your email address will not be published.