Soft Launching MCC, Pemkot Malang Bertekad Tingkatkan Kebermanfaatan untuk Fasilitasi Masyarakat
Soft launching Malang Creative Center (MCC) dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang Minggu (11/12/2022) malam. Ini sebagai komitmen Pemkot untuk terus tingkatkan kolaborasi dengan berbagai pihak dan memaksimalkan fasilitasi warga Kota Malang.
“Jadi seperti yang beberapa kali saya sampaikan. Bahwa hari ini sebetulnya check sound. Yang namanya check sound itu berarti kita evaluasi ada kurang apa, dan seterusnya. Sebelum nanti diresmikan. Jadi saya tidak ingin bahwa dari bangunan yang memakai uang rakyat ini tidak menunjukkan manfaatnya,” ujar Wali Kota Malang, Sutiaji, ditemui di tengah tinjauannya pada festival Mbois-7, di MCC, Minggu (11/12/2022).
Sutiaji kemudian menyampaikan, saat ini pihaknya juga terfokus dalam penguatan channeling. Diantaranya pendanaan, pemasaran, dan kerjasama untuk keberlangsungan MCC sebagai wadah inkubasi UMKM Kota Malang. Hal tersebut dilakukannya untuk memastikan bahwa di awal tahun 2023, MCC siap untuk beroperasi.
“Masalah perawatan gedung dan lain sebagainya. Masalah manajemen building sudah ada. Kita tinggal kerjasamanya akan kita tata dan Januari 2023 sudah harus on going. Wilayah ini (lantai per lantai) untuk apa dan seterusnya, termasuk nanti juga masih ada proses yang lain,” terang Sam Ji, sapaan akrab Wali Kota Malang tersebut.
Untuk diketahui, soft launching MCC juga dibarengi dengan digelarnya 2 festival Pemkot Malang. Yakni Festival Mbois-7 dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Fest 2022.
Dengan gelaran tersebut, Sutiaji mengaku bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi, sehingga hal tersebut juga merupakan kesempatan baginya untuk dapat mengenalkan MCC sebagai tempat yang mewadahi pelaku ekonomi kreatif, kepada masyarakat.
“Untuk check soundnya, saya alhamdulillah bersyukur animo masyarakat cukup tinggi. Dan ini adalah generasi boomer sampai generasi alpha. Termasuk juga teman-teman disabilitas. Nilai-nilai manfaat akan terus kita kuatkan. Ini baru check sound. Karena nanti ada manfaat yang lain,” urainya.
Selanjutnya, berkaitan mengenai kerjasama dengan beberapa pihak. Politisi Demokrat ini menerangkan, telah menyampaikan tawaran kerjasama kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, berkaitan pada bidang pendidikannya.
Bukan tanpa alasan, MCC, sambungnya, merupakan bangunan dengan hampir 60% diperuntukkan untuk public service. Sehingga siapapun dapat menggunakan fasilitas yang telah disedikan secara gratis. Diantaranya yakni ruang podcast, broadcast, ruang studio animasi, hingga food laboratorium.
“Termasuk kami lagi menjajaki kerjasama dengan Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan lembaga pendidikan. Bahwa SMA/SMK nanti akan diinkubasi disini. Terlebih kami juga sudah menggandeng perguruan tinggi. Yakni 21 perguruan tinggi yang punya jurusan IT,” katanya.
Lebih lanjut, pria berkacamata ini menyebutkan bahwa hingga pelaksanaan terakhir festival Mbois-7 dan Dekranasda Fest 2022. Telah terjadi transaksi sebesar Rp 750 juta, yang terjadi antara pelaku UMKM dengan pembeli.
“Telah terjadi transaksi kemarin selama pelaksanaan sebesar Rp 750 juta dari buyer ke pelaku UMKM kita. Tadi saya dengar juga ada yang sudah di DP 30 juta. Itu keripik lagi, tapi beda dengan yang kemarin, kalau kemarin kan keripik pisang,” ungkapnya.
Di sisi lain, terlepas mengenai kebermanfaatan MCC dan juga soft launchingnya. Sutiaji juga menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat sekitar, apabila merasa terganggu selama pengerjaan MCC hingga pelaksanaan soft launching kali ini.
Namun, ia memastikan kepada masyarakat bahwa dengan diresmikannya MCC nanti. UMKM masyarakat sekitar akan menjadi fokus pertamanya. Sutiaji juga mengaku akan melibatkan masyarakat sekitar, kemudian Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satpol PP untuk pemaksimalan lahan parkir, jika MCC telah diresmikan nantinya.
“Tentu kami mohon maaf kepada masyarakat sekitar. Kalau sementara ini ada bising, atau apa. Ayo kita bicara bersama-sama. Kalau ada kegiatan disini, kami akan memberdayakan UMKM yang ada disekitar sini. Dan saya minta agar Dishub dan Satpol PP, nanti menjaring saja. Karena kemarin kan ada overload parkir. Agar nanti bisa kolaborasi dengan masyarakat,” tandasnya.
Hal senada mengenai kebermanfaatan MCC juga disebutkan oleh Komite Ekonomi Kreatif dari Komunitas Malang Creative Fusion (MCF), Dadik Wahyu Chang. Ia menambahkan, dengan 60% public service yang disediakan oleh MCC, seolah menjadikan MCC sebagai standar pertama inkubasi UMKM dan ekraf di Indonesia.
“Dan bagi saya ini adalah prototype di Indonesia. Tidak ada tempat lain yang menjadi referensi kita selain ada di Kota Malang. Alhamdulillah dari sebelum kita launching, ada benerapa kota/kabupaten di beberapa provinsi yang ingin sekali untuk mengetahui proses MCC ini dilahirkan,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai consultant planning di Utero Indonesia tersebut.
Diakhir, untuk kedepannya Dadik mengatakan, akan terus melakukan diskusi dengan pihak manajemen mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP), regulasi, serta pola pemanfaatan per lantai daei MCC.
“ Banyak orang-orang dari kementerian, pengusaha, pendidikan, itu semua merujuk bahwa tempat ini (MCC) sangat seksi. Jadi tinggal bagaimana kami menggunakan tempat ini, regulasinya dan segala macam. Dari pola hasil diskusi itu nanti akan kami bawa ke manajemen untuk diatur pola SOPnya seperti apa,” tambahnya.
Sebagai informasi, selain dikelola oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang. MCC juga turut melibatkan komunitas-komunitas ekonomi kreatif dalam pembangunan dan pengembangannya. Mulai dari keterisian sound system yang menggunakan produk lokal Kota Malang, hingga desain interior yang dilakukan oleh komunitas Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII).